Jumat, 09 Maret 2012

Maut Yang Sentiasa Menanti

Share this history on :
‘Al Maut’ atau ‘Mati’ adalah perkataan yang tidak disukai oleh kebanyakan orang dan oleh sebab itu, ramai orang yang cuba untuk menghindarkan diri dari mendengar dan bercakap berkenaan perkataan itu.

Kematian itu sendiri tentunya lebih ditakuti dari sekadar perkataan ‘mati’ bukan hanya oleh manusia bahkan binatang pun takut mati seakan-akan tidak ada yang sudi untuk mati.

Hal ini wajar bagi makhluk yang bernyawa kerana mati merupakan penyebab :

  1. Berpisahnya seorang dari perkara yang ia senangi.
  2. Berpisah dari dunia dan segala isinya.
Sementara manusia memang mencintai dunia dan seisinya sebagaimana firman Allah swt :

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga).” (QS Al-Imran : 14)
Di sudut lain, ada yang menyangka bahwa kematian menjanjikan ketenangan dan oleh kerana itu, kita sering mendengar peristiwa bunuh diri di mana mereka mengira kematian merupakan jalan penyelesaian yang ampuh untuk mengatasi semua masalah.
Ada juga golongan manusia yang sepanjang harinya berbuat maksiat seakan-akan maut tidak akan menjemputnya.
Demi Allah!, kita semua akan mati. Itu adalah kepastian yang tidak ada keraguan di dalamnya. Kematian adalah khabar yang paling boleh dipercayai yang tidak dinodai oleh syak wasangka sedikitpun.

Kita belum pernah melihat sesuatu yg lebih pasti dari kematian. Semua yg menjadi angan-angan akan musnah.

Demi Allah!, kita akan mati.
  1. Ia pasti datang dan tiada tempat lari darinya.
  2. Ia pasti datang, tiada yang mencegahnya.
  3. Ia datang dengan tiba-tiba.
  4. Ia tidak pernah mengetuk pintu rumah kita.
  5. Ia tidak pernah datang meminta izin kepada kita terlebih dahulu.
  6. Ia sentiasa dekat dengan setiap orang.
  7. Ia adalah janji yang diberikan kepada kita dan setiap orang.
Semua manusia akan merasakan kedahsyatan maut yang akan membuat warna jari memucat.

Wahai pemilik kematian!, mengapa kau turutkan jiwamu mencari kesenangan yang fana?
Maut akan merobek baju dan memisahkanmu dari kesenangan.
Mengapa kau hancurkan badanmu untuk meraih kesenangan yang sedikit?
Firman Allah swt :
"Katakanlah, 'Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar sahaja." (QS Al Ahzab : 16)
Apakah kita mempunyai ubat penangkal maut?
Apakah kita memiliki tempat berlari darinya atau dia akan berpaling menghindari dari kita?
Apakah kita tidak tahu bahwa kematian tidak mengenal :
  1. Yang kecil dan yang dewasa.
  2. Yang kaya dan yang miskin.
  3. Yang kuat dan yang lemah.
Ia juga tidak tahu mana yang mulia dan mana yg hina?
Berapa ramai orang yang mulia dihinakan oleh kematian. Di atas kepalanya ada bendera yang disembunyikan.

Allah swt berfirman di dalam Al Qur’an :
"Dan belanjakanlah sebahagian dari apa yg telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, `Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang soleh?.' Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yg kamu kerjakan." (QS Al Munafiqun : 10 - 11)
HIDUP TIDAK KEKAL
Perumpamaan hidup di dunia adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar bahwa :
“Ia bagaikan hamba yang diperintahkan oleh tuannya untuk ke kota lain agar menunaikan tugasnya. Setelah selesai, tentu ia perlu segera kembali, bukannya berlama-lamaan di kota itu. Jika hamba itu berusaha melarikan diri dari tuannya dan bersembunyi di kota tersebut, tentu ia akan dicari dan dipaksa untuk pulang kembali.”
Begitu juga dengan kehidupan ini di mana setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Manusia yang asalnya dari tanah maka kepada tanahlah juga ia akan dikembalikan.
Firman Allah swt :
“Dari bumi (tanah) itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS Thaha : 55)
Kematian pasti akan menemui setiap orang dan tiada seorang pun yang mampu menghindarkan diri darinya.
Allah swt berfirman :
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.” (QS Ali Imran : 180)
Ayat di atas semestinya mampu mejadi peringatan bagi seluruh makhluk akan adanya kematian dan ini sekaligus membuktikan bahwasanya dunia ini tidak kekal abadi.
Di sinilah perlunya peringatan dan Allah swt begitu banyak memberikan peringatan kepada manusia, namun kadang-kadang manusia tidak menyedari peringatan itu atau pura-pura tidak tahu?
Di antara peringatan Allah swt itu ialah :
  1. Umur yang semakin bertambah.
  2. Munculnya uban.
  3. Penglihatan mulai rabun.
  4. Kurangnya pendengaran.
  5. Timbul berbagai penyakit.
Allah swt berfirman :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat. Kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS Ar-Rum : 54)
Seperti bayi yang tidak memiliki kekuatan apapun, begitu pulalah dengan saat tua renta dan kematian pun adalah suasana yang diliputi dengan segala kelemahan terutama kelemahan saat menghadapi sakaratul maut.
Sakaratul maut yang menjadi gerbang bagi ruh kita untuk keluar dari kehidupan dunia juga menggambarkan suasana begitu dahsyat sehingga ianya tidak sekadar melemahkan fizikal tetapi juga akal.
GAMBARAN SAKARATUL MAUT
Ummul Mu’minin Aisyah ra, isteri Rasulullah saw pernah berkata:

“Aku belum pernah melihat seorang yang mengalami derita seberat yang dialami oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menggambarkan bahwa sebelum seseorang sampai ke sana, ada peristiwa besar iaitu penderitaan luar biasa menjelang kematian. Ianya tidak lain adalah ‘sakaratul maut’.
Semua itu dapat disaksikan dan dirasakan oleh seseorang menjelang ajalnya.
Allah swt berfirman :

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.
(QS Qaaf : 19)
Hadits ini juga menyampaikan kepada kita bahwa Rasulullah saw pun mengalaminya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata :
“Berdasarkan hadits Aisyah tentang keadaan wafatnya Rasulullah saw, menunjukkan bahwa sengsaranya seseorang ketika sakaratul maut tidak menunjukkan rendahnya kedudukan di hadapan Allah swt, justeru menunjukkan tambahan kebahagian baginya atau sebagai penebus atas dosa-dosanya.”
Kenyataan Ibnu Hajar tersebut diperkuatkan oleh sabda Rasulullah saw seperti di atas.
Kebanyakan dalil yang menunjukkan bahwa kesukaran ‘sakarat’ yang dialami oleh orang soleh hanya pada awal pencabutan ruh.
Ketika ruh akan diangkat, para malaikat datang memberikan ketenangan dan khabar yang menyenangkan. Pada saat itulah seorang mukmin merasakan kegembiraan yang luar biasa hingga lenyap pula derita yang dirasakannya.
Kemudian ruhnya keluar dengan tenang dan mudah. Inilah keadaan kaum muslimin yang beriman kepada Allah dan RasulNya sebagaimana firman Allah swt :
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushshilat : 30)
Menjelang kematian, seseorang menjadi gembira di samping keluarganya. Di saat itu, malaikat datang dan memberikan khabar gembira kepada seorang mukmin iaitu dimintanya untuk keluar dengan tenang dan kembali kepada ridhaNya serta ia dimasukkan ke dalam syurga Allah.
Allah swt berfirman :
“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurgaKu.” (QS Al-Fajr : 28-30)
Hal ini pun pernah dikhabarkan oleh Rasulullah saw berdasarkan hadith yang diriwayatkan dari Barra’ bin Azib yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Seorang mukmin ketika hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turunlah para malaikat kepadanya dari langit, wajahnya putih bersih laksana sinar matahari. Para malaikat duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian datang malaikat maut duduk di dekatnya seraya berkata. “Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.” Lalu ruh tersebut keluar dari tubuhnya laksana mengalirnya tetesan air dari mulut kendi. Kemudian malaikat maut membawa ruh tersebut.” (HR Abu Daud & Al-Hakim)
Nah, ini keadaan kaum mukminin.
Lalu bagaimana pula keadaan orang kafir?
Allah swt menggambarkan keadaan itu dalam firmanNya :
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri).” (QS Al-Anfal : 50)
Ibnu Katsir berkata tentang tafsir ayat ini :
“Jika engkau, wahai Muhammad, melihat saat dicabutnya ruh orang kafir, nicaya engkau akan menyaksikan pemandangan dahsyat dan mengerikan. Para malaikat memukul wajah dan bahagian belakang mereka seraya berkata, “Rasakanlah azab neraka yang membakar.”
Barra’ bin Azib juga pernah berkata, Rasulullah saw bersabda :
“Adapun hamba yang kafir (dalam riwayat lain ‘fajir’), apabila hendak menuju akhirat meninggalkan dunia maka akan turun malaikat dari langit. Sifat mereka kasar dan keras bermuka hitam. Mereka membawa pakaian yang kasar dari neraka, kemudian duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut duduk di dekat kepalanya seraya berkata, “Wahai ruh yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan marah Allah Subhaanahu Wata’ala. lalu ruh itu memancar dalam tubuh (tidak ingin keluar) sehingga malaikat mencabutnya dengan paksa dan kasar, sebagaimana besi yang banyak pengaitnya lalu dipakai mencabut bulu domba yang dibasahi sehingga tercabut pula kulit dan uratnya.” (HR Bukhari)
Itulah sakaratul maut!
Baik atau buruknya akhir kehidupan seseorang adalah akibat dari perbuatannya selama hidup di dunia.
Orang yang tidak ikhlas dalam beramal, atau orang yang jahil terhadap agama Allah maka akan terancam oleh ‘su’ul khatimah’ sementara orang yang benar-benar beriman dan ikhlas beramal, maka insyaAllah terhindar dari ‘su’ul khatimah’.
Jika demikian keadaannya, jalan mana yang kita pilih?
Kita tidak kekal hidup di dunia ini atau , apakah kita yakin bahwa diri kita akan hidup kekal di dalamnya?
Apakah kita sedar, setiap hari ada orang mati diusung, entah kerabat, tetamu atau sahabat kita.
Mengapa mereka tidak pernah kembali lagi?
Sungguh menakjubkan seseorang yang mengganggap bumi tempat tinggalnya dan berusaha keras meraih puncaknya.
Cukuplah seseorang diingatkan dengan dekatnya kematian yang akan menjadikan tanah sebagai teman pendampingnya.

Wahai pemilik kematian!, Allah swt telah mentakdirkan kematian dengan ketetapan yang tidak akan pernah berubah. Lalu, apakah kita dapat mencegahnya?
Kita mungkin cuba makan ubat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Namun, adakah
ubat yang boleh menyembuhkan kematian?

Kita akan mendatangi doktor jika sakit. Namun, adakah doktor yang dapat menunda datangnya keputusan?
Nafas kita terbatas dan seluruh gerakan kita menuju titik fana’.
Kalau keputusan Allah adalah perkara yang tetap, bagaimana mungkin seseorang dapat berlari dan menghindarkan diri darinya?
Siapapun hendak mencegah kematian dan menolak takdir, niscaya usahanya akan menjadi sia-sia.

Allah swt berfirman :
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, 'Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal yang soleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya sahaja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (QS Al Mu’minuun : 99 – 100)
Mari berhenti sejenak dan bersama, kita meneliti pemandangan yg dahsyat ini.
Inilah saat yg mencengkam!
Sejenak, tanyalah diri kita, hendak ke mana dan sampai bila?
Katakan kepada jiwa kita :
"Tidakkah kau mengerti mereka yg telah disergah kematian adalah jiwa-jiwa seperti diri kamu juga. Seolah-olah mereka tidak mempercayai, bahwa ajal telah datang?
Begitulah, ketika maut datang menjemput, nampaklah pemandangan yang sebelumnya tidak mereka sangka.
Bertaubatlah sebelum kita berkata, apakah ada cara untuk mencegahnya?" dan dikatakan kepada kita, "Tidak!"
Katakan pada diri kita :

“Wahai jiwa!, bertaubatlah. Sesungguhnya kematian telah datang. Setiap hari sentiasa ada mayat yang kita kuburkan. Tetapi kita melupakan jejak kematiannya.”

“Wahai jiwa!, apa ertinya harta yang ku simpan di belakangku, padahal kau akan keluar dari dunia dengan telanjang.”

“Mengapa kita masih berselisih tentang kematian, melupakan sesuatu yang tidak pernah melupakan kita?”

“Katakan padanya, kematian adalah tamu. Bersiaplah menyambutnya sebaik mungkin dan beramallah untuk bekalan di alam yang kau jadikan tempat tinggal abadi.”

“Wahai jiwa!, esok kau akan berjalan di atas titian Shirat (di atas neraka). Sedarlah sebelum kau tergelincir darinya.”

Wahai pemilik kematian!, inilah dunia :
  1. Seluruh kenikmatannya akan dirampas.
  2. Seluruh angan-angannya hanyalah bualan.
  3. Semua harta yang ada di dalamnya akan diwarisi.
Semuanya dirampas!!!
Semua yang hilang akan kembali tetapi yang hilang kerana mati tidak akan kembali.
Mengapa kita tidak sedarkan diri, mengganggap seolah-olah kematian boleh dipindahkan kepada orang lain yang menjadi perisai kita?

Akhirnya marilah kita amati perkara ghaib yg menakutkan ini. Mari ubati kerasnya hati kita.
Berimanlah kepada hari Kiamat sebelum kedatangannya. Bersusah payahlah mempersiapkannya sebelum menyesal.
Ingatlah kematian sebelum terlambat.
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia seharusnya menyedarkan bahwasanya ia bukanlah jasad semata-mata, melainkan jiwa yang ‘dibungkus’ dalam jasad.
Manusia perlu faham akan kematian jasadnya yang ia cuba untuk memilikinya secara kekal seakan-akan mahu hidup selamanya di dunia yang sementara ini kerana sesungguhnya tubuh yang dianggap sangat penting ini akhirnya akan membusuk serta menjadi kerangka.
Rasulullah saw memperingatkan kita dalam sebuah hadis :
"Banyakkanlah mengingati pemutus kelazatan iaitu kematian." (HR At Tirmizi)
Ya Allah, janganlah kau jadikan hati kami keras dan lalai dari mengingati kematian kerana sesungguhnya ia adalah berita yang paling sahih untuk dipercayai kedatangannya serta kurniakanlah keteguhan iman di dalam hati kami supaya kami tidak mudah terpedaya dengan janji-janji kemewahan dunia kerana akhirnya semua itu tidak dapat kami kecapi apabila kematian datang menjemput kami dan yang tinggal kekal hanyalah amal soleh yang ikhlas kepadaMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS

0 komentar:

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Posting Komentar