Negeri Akhirat Patut Dicari
Negeri akhirat Allah janjikan jauh lebih mulia daripada dunia dan seisinya dan keadilannya sangat sempurna. Pemahaman dan keyakinan penuh iman terhadapnya membuat seseorang lebih bernilai istimewa dalam kehidupan didunia yang dia ada didalamnya. Bagi orang yang berilmu adalah lebih baik beramal, berjuang melawan rasa malas, tidur panjang dan kesenangan lainnya, karena rasa harap dan takut yang senantiasa meliputi dirinya, terutama terhadap urusan ini, urusan akhirat yang menjadi impiannya, dan tidak akan mungkin ada kesombongan terselip dalam hatinya untuk menjual ilmunya untuk mempertahankan kehidupan dunianya semata.
Bagi orang yang bekerja dan beramalpun keyakinanannya hanya satu seperti dalam ayat Al Quran bahwa Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaannya dan balasan Allah sangat sempurna (QS. At-Taubah:105). Siapakah yang ingin lebih sempurna dalam bekerja jika keyakinan itu sudah ada, mereka akan bekerja keras dan berhati-hati, menempatkan akalnya dalam mempertimbangkan dan mempertanggung jawabkan secara seksama setiap hal dan menyadari diluar itu hanyalah kesenangan yang menipu belaka. Adakah hal lain yang lebih bisa menjelaskan rahasia keteguhan, ketenangan, harapan terus menerus, kesabaran dan upaya yang tak pernah berhenti seorang mukmin untuk menegakkan kebenaran akan menentang kebatilan dan kezaliman, peduli terhadap masalah umat bahkan dunia keseluruhannya dengan menyebarluaskan dinul Islam dimuka bumi ini, mendatangkan kasih sayang, silaturahmi, keadilan, keteraturan, ketertiban, kebaikan bagi lingkungannya bahkan sampai akhir hidupnya untuk akhir amalnya. Ingatannya tertuju pada motivasi dari Allah untuk berlomba-lomba menuju kebaikan, ampunan dan Ridha-Nya. Berkat pertolongan Allah di dunia dia akan menjadi cahaya yang menerangi sekitarnya. Jangan kita putuskan Rahmat Allah ini dengan meragukan janji-Nya sehingga tidak istiqamah dalam ketaatan bahkan mengganti aturan islam dengan aturan kafir dan prilaku kaum kafir dengan sikap taklid buta dan tasyabbuh/menyerupai sampai masuk ke lubang biawak dan menikmati hidup didalamnya sampai akhir hayatnya dan lupa pertanggung jawabannya dan kewajibannya terhadap agama Islam dan umatnya, naudzubillah min dzalik.
Motivasi Dari Allah Swt
Manusia akhirat akan selalu rindu pada Penciptanya, rindu, patuh dan taat pada setiap ketentuan dan peraturan, menerima takdir dan meyakini hakikat daripada qadha dan qadar untuk dirinya karena dia sadar hanya dengan itulah hidupnya akan ringan. Dia sadar Allah telah mengambil janji kepada dirinya untuk tidak menyembah selain Allah, bertauhid dan beribadah yang benar termasuk menjauhkan hawa nafsunya dan bisikan setan. Allah pun memerintahkan untuk berpikir kenyataan bahwa setan dan bujukan orang munafiklah yang menyesatkan dan melalaikan manusia agar tidak berada di jalan Allah yang lurus sehingga memilih jalan-jalan yang akan mencerai beraikan umat dan menjauhkan umat dari Islam sebgai way of life atau pedoman hidup.
Manusia akhirat sadar bahwa perjalanan waktunya didunia sangat sempit padahal adalah hal yang sangat pasti bahwa dia harus mempertanggung jawabkan dihadapan Allah segala perbuatannya untuk agamanya, umat, keluarga dan dirinya. Kesadaran ini adalah bentuk rasa syukurnya kepada Allah swt. Diantara janji Allah akan kenikmatan surga, dia selalu ingat siksa yang diringankan adalah bara api neraka sebesar kerikil diletakkan dijari jemarinya sementara panasnya mencapai ubun-ubun. Tuntunan kaum salaf mengatakan tidak ada ibadah dan bekerja yang pahalanya melebihi rasa takut kepada Allah akan siksa neraka disertai rasa takut terhadap kemunafikan dan keburukan batinnya. Namun demikian Rasulullah saw berpesan dan bersabda agar jangan sekali-kali kali kita meninggal kecuali berprasangka baik kepada Allah itulah bagian dari Rahmat Allah swt, untuk berharap hanya kepada Allah namun tidak lalai akan dosa-dosa kita. Harapannya seorang hamba adalah semoga Allah menetapkan hati atas ketaatan kepadaNya.
Sejak awal Allah telah memberi petunjuk tujuan diciptakannya manusia melalui kitab-kitabNya, nabi-nabi dan Rasul-rasulNya. Diantara rahmat Allah terhadap seluruh hamba-Nya ialah bahwa Dia menjelaskan dalam kitab-Nya Al Qur'an yang mulia bahwa dunia ini adalah negeri ujian, cobaan dan bersifat fana (tidask kekal) dan hanya jalan penghubung menuju akhirat sehingga jangan menjadikannya tujuan dan pengetahuan tertinggi. Allah swt memberi motivasi kepada seluruh hambaNya agar mereka berhasil dalam menghadapi ujian duniawi supaya mereka kelak memperoleh surga-Nya, Allah menginginkan pahala bagi hamba-Nya diakhirat sedangkan manusia menginginkan harta yang banyak didunia. Diturunkannya Al Quran dan diutusnya Rasullullah saw serta cara hidup beliau, gaya hidup istri-istrinya dan perjuangan beliau yang kemudian dilanjutkan para sahabatnya dan sejarah kegemilangan Islam adalah menjadi petunjuk dan pelita untuk memunculkan kebijaksanaan, kesadaran dan keyakinan yang memudahkan usaha kita menemukan eksistensi diri untuk beramal maksimal sesuai tuntunan al qur’an. Dalam hadits Bukhari (45683, 6996) dijelaskan manusia diciptakan dimuka bumi untuk beramal menurut apa yang dimudahkan baginya untuk misi sucinya, berarti dengan akalnya tidak ada seorangpun kehabisan kemampuan untuk beramal, masalahnya amal itu diterima Allah atau tidak jika tidak ingin disebut merugi.
Motivasi dari Allah akan memunculkan kecerdasan manusia akhirat berupa keyakinan bahwa penegakan aturan hidup islam tidak saja untuk memperoleh kebahagiaan dan ampunan Allah di akhirat tetapi juga untuk mencapai kesempurnaan dan keselamatan hidupnya didunia di bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya baik muslim ataupun bukan. Jika kita dikaruniakan menjadi bangsa yang merdeka oleh Allah kita wajib mengisinya dengan amal terbaik, menjauhkan hal yang menghalangi tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat baik yang berasal dari dalam diri sampai paham yang jelas-jelas menjadi musuh nyata, semisal ajaran sekuler yang memisahkan agama dari urusan masyarakat dan negara atau paham liberal yang menganggap semua agama benar dan tidak boleh beranggapan bahwa Islam adalah agama yang paling benar. Jangan sampai tergadaikan keimanan kita untuk selain yang diridhai Allah yaitu dinul Islam (QS. Al-Maidah: 3).
Imam Abu Hanifah berkata bahwa semua ketaatan adalah wajib berdasarkan perintah Allah, dan hal itu disukai, diridhai, diketahui, dikehendaki, ditetapkan, ditakdirkan oleh Allah. Sedangkan maksiat semuanya diketahui, ditetapkan, ditakdirkan Allah dan dikehendaki Allah, tetapi Allah tidak menyukai dan tidak meridhai hal itu, bahkan Allah tidak memerintahkannya. Imam Ahmad bin Hambal mengimani takdir baik dan buruk semua dari Allah, bahwa Allah mentakdirkan ketaatan dan kemaksiatan, kebaikan dan keburukan. Karenanya wajib bagi kita untuk menjalankan ketaatan karena perintah Allah, menjauhkan apa yang tidak diridhai Allah meskipun hal ini sedang kita jalani. Manusia akhirat akan selalu berubah dan berjuang agar pantas memasuki negeri akhirat dengan ridha dan diridhai Allah swt. Maka marilah kita menimbang diri kita, keluarga dan pemerintahan kita apakah akan mampu mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah swt. Jika anda baru pulang berhaji, maka anda harus menjadi contoh manusia akhirat itu. Karena esensinya rukun Iman dan Islam adalah menuntun seorang hamba untuk tujuannya menjadi makhluk akhirat yang insyaallah surga tempat tinggalnya yang abadi.
Catatan Kaki
[1] Sebutan khalifah/wakil Allah hanya bisa dipakai untuk Nabi Adam a.s dan Nabi Daud a.s, maka tatkala sayyidina Abu Bakr dilantik sebagai khalifah ada yg memangilnya dgn khalifah Allah, beliau marah dan mengatakan aku ini bukan khalifah Allah tapi khalifah Rasulullah SAw. Oleh karena itu, diganti dgn berikut: sebagai penguasa dan pemimpin yg mewarisi bumi ini dgn izin Allah Swt (QS. An-Nur: 55)
[2]. QS. Al-An’am:57, QS. Yusuf:40, QS. Al-Maidah:44,48,49
[3]. QS. Al-Mulk:2
kutipan:eramuslim
0 komentar:
Posting Komentar