Kamis, 15 Maret 2012

Kumpulan Foto-foto Hasil Manipulasi Photoshop yang dianggap Paling Terbaik

Photoshop, sebuah software dapat melakukan manipulasi foto dan gambar, ini juga tergantung dari si pemakai photoshop itu sendiri. pada banyak yang dilakukan software ini bisa dilakukan oleh dari yang amatiran hingga profesional sperti yang dilakukan banyak perusahaan periklanan.

Namun ada juga dari mereka yang bekerja dari rumah dan melakukannya karena menyukai sebuah seni tingkat tinggi. pada foto dibawah ini mungkin sebagian besar adalah bagian dari periklanan yang dilakukan oleh profesional sehingga dianggap memiliki seni yang tinggi.

Melakukan dan membuat sebuah manipulasi pada photoshop mungkin banyak orang dapat membuatnya sampai tingkat yang rumit sekalipun, tapi hanya sedikit yang mampu membuat karya dalam photoshop tersebut menjadi media yang digunakan untuk menyebarkan pesan yang dapat diterima masyarakat secara cepat.





















»»  selengkapnya...

Tips Sederhana Agar Hidup Lebih Bahagia dan Menyenangkan

Memiliki motivasi dalam hidup


Berusaha selalu tersenyum


Berbagi dengan sesama


Saling tolong menolong


Berbuat baik dengan siapapun walau "berbeda"


Menjaga rasa humor


Berusaha bersikap tenang dalam situasi sulit


Milikilah sahabat baik


Bergotong royong


Sesekali mengikuti kata hati untuk melakukan hal yang menyenangkan


Tidak semena mena kepada yang lemah


Selalu percaya diri

»»  selengkapnya...

Jumat, 09 Maret 2012

Maut Yang Sentiasa Menanti

‘Al Maut’ atau ‘Mati’ adalah perkataan yang tidak disukai oleh kebanyakan orang dan oleh sebab itu, ramai orang yang cuba untuk menghindarkan diri dari mendengar dan bercakap berkenaan perkataan itu.

Kematian itu sendiri tentunya lebih ditakuti dari sekadar perkataan ‘mati’ bukan hanya oleh manusia bahkan binatang pun takut mati seakan-akan tidak ada yang sudi untuk mati.

Hal ini wajar bagi makhluk yang bernyawa kerana mati merupakan penyebab :

  1. Berpisahnya seorang dari perkara yang ia senangi.
  2. Berpisah dari dunia dan segala isinya.
Sementara manusia memang mencintai dunia dan seisinya sebagaimana firman Allah swt :

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, iaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga).” (QS Al-Imran : 14)
Di sudut lain, ada yang menyangka bahwa kematian menjanjikan ketenangan dan oleh kerana itu, kita sering mendengar peristiwa bunuh diri di mana mereka mengira kematian merupakan jalan penyelesaian yang ampuh untuk mengatasi semua masalah.
Ada juga golongan manusia yang sepanjang harinya berbuat maksiat seakan-akan maut tidak akan menjemputnya.
Demi Allah!, kita semua akan mati. Itu adalah kepastian yang tidak ada keraguan di dalamnya. Kematian adalah khabar yang paling boleh dipercayai yang tidak dinodai oleh syak wasangka sedikitpun.

Kita belum pernah melihat sesuatu yg lebih pasti dari kematian. Semua yg menjadi angan-angan akan musnah.

Demi Allah!, kita akan mati.
  1. Ia pasti datang dan tiada tempat lari darinya.
  2. Ia pasti datang, tiada yang mencegahnya.
  3. Ia datang dengan tiba-tiba.
  4. Ia tidak pernah mengetuk pintu rumah kita.
  5. Ia tidak pernah datang meminta izin kepada kita terlebih dahulu.
  6. Ia sentiasa dekat dengan setiap orang.
  7. Ia adalah janji yang diberikan kepada kita dan setiap orang.
Semua manusia akan merasakan kedahsyatan maut yang akan membuat warna jari memucat.

Wahai pemilik kematian!, mengapa kau turutkan jiwamu mencari kesenangan yang fana?
Maut akan merobek baju dan memisahkanmu dari kesenangan.
Mengapa kau hancurkan badanmu untuk meraih kesenangan yang sedikit?
Firman Allah swt :
"Katakanlah, 'Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar sahaja." (QS Al Ahzab : 16)
Apakah kita mempunyai ubat penangkal maut?
Apakah kita memiliki tempat berlari darinya atau dia akan berpaling menghindari dari kita?
Apakah kita tidak tahu bahwa kematian tidak mengenal :
  1. Yang kecil dan yang dewasa.
  2. Yang kaya dan yang miskin.
  3. Yang kuat dan yang lemah.
Ia juga tidak tahu mana yang mulia dan mana yg hina?
Berapa ramai orang yang mulia dihinakan oleh kematian. Di atas kepalanya ada bendera yang disembunyikan.

Allah swt berfirman di dalam Al Qur’an :
"Dan belanjakanlah sebahagian dari apa yg telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, `Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan termasuk orang-orang yang soleh?.' Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yg kamu kerjakan." (QS Al Munafiqun : 10 - 11)
HIDUP TIDAK KEKAL
Perumpamaan hidup di dunia adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar bahwa :
“Ia bagaikan hamba yang diperintahkan oleh tuannya untuk ke kota lain agar menunaikan tugasnya. Setelah selesai, tentu ia perlu segera kembali, bukannya berlama-lamaan di kota itu. Jika hamba itu berusaha melarikan diri dari tuannya dan bersembunyi di kota tersebut, tentu ia akan dicari dan dipaksa untuk pulang kembali.”
Begitu juga dengan kehidupan ini di mana setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Manusia yang asalnya dari tanah maka kepada tanahlah juga ia akan dikembalikan.
Firman Allah swt :
“Dari bumi (tanah) itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain.” (QS Thaha : 55)
Kematian pasti akan menemui setiap orang dan tiada seorang pun yang mampu menghindarkan diri darinya.
Allah swt berfirman :
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.” (QS Ali Imran : 180)
Ayat di atas semestinya mampu mejadi peringatan bagi seluruh makhluk akan adanya kematian dan ini sekaligus membuktikan bahwasanya dunia ini tidak kekal abadi.
Di sinilah perlunya peringatan dan Allah swt begitu banyak memberikan peringatan kepada manusia, namun kadang-kadang manusia tidak menyedari peringatan itu atau pura-pura tidak tahu?
Di antara peringatan Allah swt itu ialah :
  1. Umur yang semakin bertambah.
  2. Munculnya uban.
  3. Penglihatan mulai rabun.
  4. Kurangnya pendengaran.
  5. Timbul berbagai penyakit.
Allah swt berfirman :
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat. Kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendakiNya dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS Ar-Rum : 54)
Seperti bayi yang tidak memiliki kekuatan apapun, begitu pulalah dengan saat tua renta dan kematian pun adalah suasana yang diliputi dengan segala kelemahan terutama kelemahan saat menghadapi sakaratul maut.
Sakaratul maut yang menjadi gerbang bagi ruh kita untuk keluar dari kehidupan dunia juga menggambarkan suasana begitu dahsyat sehingga ianya tidak sekadar melemahkan fizikal tetapi juga akal.
GAMBARAN SAKARATUL MAUT
Ummul Mu’minin Aisyah ra, isteri Rasulullah saw pernah berkata:

“Aku belum pernah melihat seorang yang mengalami derita seberat yang dialami oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas menggambarkan bahwa sebelum seseorang sampai ke sana, ada peristiwa besar iaitu penderitaan luar biasa menjelang kematian. Ianya tidak lain adalah ‘sakaratul maut’.
Semua itu dapat disaksikan dan dirasakan oleh seseorang menjelang ajalnya.
Allah swt berfirman :

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya”.
(QS Qaaf : 19)
Hadits ini juga menyampaikan kepada kita bahwa Rasulullah saw pun mengalaminya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata :
“Berdasarkan hadits Aisyah tentang keadaan wafatnya Rasulullah saw, menunjukkan bahwa sengsaranya seseorang ketika sakaratul maut tidak menunjukkan rendahnya kedudukan di hadapan Allah swt, justeru menunjukkan tambahan kebahagian baginya atau sebagai penebus atas dosa-dosanya.”
Kenyataan Ibnu Hajar tersebut diperkuatkan oleh sabda Rasulullah saw seperti di atas.
Kebanyakan dalil yang menunjukkan bahwa kesukaran ‘sakarat’ yang dialami oleh orang soleh hanya pada awal pencabutan ruh.
Ketika ruh akan diangkat, para malaikat datang memberikan ketenangan dan khabar yang menyenangkan. Pada saat itulah seorang mukmin merasakan kegembiraan yang luar biasa hingga lenyap pula derita yang dirasakannya.
Kemudian ruhnya keluar dengan tenang dan mudah. Inilah keadaan kaum muslimin yang beriman kepada Allah dan RasulNya sebagaimana firman Allah swt :
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS Fushshilat : 30)
Menjelang kematian, seseorang menjadi gembira di samping keluarganya. Di saat itu, malaikat datang dan memberikan khabar gembira kepada seorang mukmin iaitu dimintanya untuk keluar dengan tenang dan kembali kepada ridhaNya serta ia dimasukkan ke dalam syurga Allah.
Allah swt berfirman :
“Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurgaKu.” (QS Al-Fajr : 28-30)
Hal ini pun pernah dikhabarkan oleh Rasulullah saw berdasarkan hadith yang diriwayatkan dari Barra’ bin Azib yang berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,

“Seorang mukmin ketika hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turunlah para malaikat kepadanya dari langit, wajahnya putih bersih laksana sinar matahari. Para malaikat duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian datang malaikat maut duduk di dekatnya seraya berkata. “Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.” Lalu ruh tersebut keluar dari tubuhnya laksana mengalirnya tetesan air dari mulut kendi. Kemudian malaikat maut membawa ruh tersebut.” (HR Abu Daud & Al-Hakim)
Nah, ini keadaan kaum mukminin.
Lalu bagaimana pula keadaan orang kafir?
Allah swt menggambarkan keadaan itu dalam firmanNya :
“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri).” (QS Al-Anfal : 50)
Ibnu Katsir berkata tentang tafsir ayat ini :
“Jika engkau, wahai Muhammad, melihat saat dicabutnya ruh orang kafir, nicaya engkau akan menyaksikan pemandangan dahsyat dan mengerikan. Para malaikat memukul wajah dan bahagian belakang mereka seraya berkata, “Rasakanlah azab neraka yang membakar.”
Barra’ bin Azib juga pernah berkata, Rasulullah saw bersabda :
“Adapun hamba yang kafir (dalam riwayat lain ‘fajir’), apabila hendak menuju akhirat meninggalkan dunia maka akan turun malaikat dari langit. Sifat mereka kasar dan keras bermuka hitam. Mereka membawa pakaian yang kasar dari neraka, kemudian duduk di depannya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut duduk di dekat kepalanya seraya berkata, “Wahai ruh yang buruk, keluarlah menuju kemurkaan dan marah Allah Subhaanahu Wata’ala. lalu ruh itu memancar dalam tubuh (tidak ingin keluar) sehingga malaikat mencabutnya dengan paksa dan kasar, sebagaimana besi yang banyak pengaitnya lalu dipakai mencabut bulu domba yang dibasahi sehingga tercabut pula kulit dan uratnya.” (HR Bukhari)
Itulah sakaratul maut!
Baik atau buruknya akhir kehidupan seseorang adalah akibat dari perbuatannya selama hidup di dunia.
Orang yang tidak ikhlas dalam beramal, atau orang yang jahil terhadap agama Allah maka akan terancam oleh ‘su’ul khatimah’ sementara orang yang benar-benar beriman dan ikhlas beramal, maka insyaAllah terhindar dari ‘su’ul khatimah’.
Jika demikian keadaannya, jalan mana yang kita pilih?
Kita tidak kekal hidup di dunia ini atau , apakah kita yakin bahwa diri kita akan hidup kekal di dalamnya?
Apakah kita sedar, setiap hari ada orang mati diusung, entah kerabat, tetamu atau sahabat kita.
Mengapa mereka tidak pernah kembali lagi?
Sungguh menakjubkan seseorang yang mengganggap bumi tempat tinggalnya dan berusaha keras meraih puncaknya.
Cukuplah seseorang diingatkan dengan dekatnya kematian yang akan menjadikan tanah sebagai teman pendampingnya.

Wahai pemilik kematian!, Allah swt telah mentakdirkan kematian dengan ketetapan yang tidak akan pernah berubah. Lalu, apakah kita dapat mencegahnya?
Kita mungkin cuba makan ubat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Namun, adakah
ubat yang boleh menyembuhkan kematian?

Kita akan mendatangi doktor jika sakit. Namun, adakah doktor yang dapat menunda datangnya keputusan?
Nafas kita terbatas dan seluruh gerakan kita menuju titik fana’.
Kalau keputusan Allah adalah perkara yang tetap, bagaimana mungkin seseorang dapat berlari dan menghindarkan diri darinya?
Siapapun hendak mencegah kematian dan menolak takdir, niscaya usahanya akan menjadi sia-sia.

Allah swt berfirman :
"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, 'Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal yang soleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya sahaja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan." (QS Al Mu’minuun : 99 – 100)
Mari berhenti sejenak dan bersama, kita meneliti pemandangan yg dahsyat ini.
Inilah saat yg mencengkam!
Sejenak, tanyalah diri kita, hendak ke mana dan sampai bila?
Katakan kepada jiwa kita :
"Tidakkah kau mengerti mereka yg telah disergah kematian adalah jiwa-jiwa seperti diri kamu juga. Seolah-olah mereka tidak mempercayai, bahwa ajal telah datang?
Begitulah, ketika maut datang menjemput, nampaklah pemandangan yang sebelumnya tidak mereka sangka.
Bertaubatlah sebelum kita berkata, apakah ada cara untuk mencegahnya?" dan dikatakan kepada kita, "Tidak!"
Katakan pada diri kita :

“Wahai jiwa!, bertaubatlah. Sesungguhnya kematian telah datang. Setiap hari sentiasa ada mayat yang kita kuburkan. Tetapi kita melupakan jejak kematiannya.”

“Wahai jiwa!, apa ertinya harta yang ku simpan di belakangku, padahal kau akan keluar dari dunia dengan telanjang.”

“Mengapa kita masih berselisih tentang kematian, melupakan sesuatu yang tidak pernah melupakan kita?”

“Katakan padanya, kematian adalah tamu. Bersiaplah menyambutnya sebaik mungkin dan beramallah untuk bekalan di alam yang kau jadikan tempat tinggal abadi.”

“Wahai jiwa!, esok kau akan berjalan di atas titian Shirat (di atas neraka). Sedarlah sebelum kau tergelincir darinya.”

Wahai pemilik kematian!, inilah dunia :
  1. Seluruh kenikmatannya akan dirampas.
  2. Seluruh angan-angannya hanyalah bualan.
  3. Semua harta yang ada di dalamnya akan diwarisi.
Semuanya dirampas!!!
Semua yang hilang akan kembali tetapi yang hilang kerana mati tidak akan kembali.
Mengapa kita tidak sedarkan diri, mengganggap seolah-olah kematian boleh dipindahkan kepada orang lain yang menjadi perisai kita?

Akhirnya marilah kita amati perkara ghaib yg menakutkan ini. Mari ubati kerasnya hati kita.
Berimanlah kepada hari Kiamat sebelum kedatangannya. Bersusah payahlah mempersiapkannya sebelum menyesal.
Ingatlah kematian sebelum terlambat.
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia seharusnya menyedarkan bahwasanya ia bukanlah jasad semata-mata, melainkan jiwa yang ‘dibungkus’ dalam jasad.
Manusia perlu faham akan kematian jasadnya yang ia cuba untuk memilikinya secara kekal seakan-akan mahu hidup selamanya di dunia yang sementara ini kerana sesungguhnya tubuh yang dianggap sangat penting ini akhirnya akan membusuk serta menjadi kerangka.
Rasulullah saw memperingatkan kita dalam sebuah hadis :
"Banyakkanlah mengingati pemutus kelazatan iaitu kematian." (HR At Tirmizi)
Ya Allah, janganlah kau jadikan hati kami keras dan lalai dari mengingati kematian kerana sesungguhnya ia adalah berita yang paling sahih untuk dipercayai kedatangannya serta kurniakanlah keteguhan iman di dalam hati kami supaya kami tidak mudah terpedaya dengan janji-janji kemewahan dunia kerana akhirnya semua itu tidak dapat kami kecapi apabila kematian datang menjemput kami dan yang tinggal kekal hanyalah amal soleh yang ikhlas kepadaMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
»»  selengkapnya...

Kamis, 08 Maret 2012

Membina Rumah Akhirat Di Dunia

Di akhirat kelak, tidak ada sesuatu yang paling disesali oleh penghuni syurga kecuali penyesalan mereka terhadap waktu yang hilang di dunia tanpa diisi dengan amal soleh.

Amal-amal kita tidak hanya dicatat oleh para malaikat kerana cerita-cerita dan kesan-kesan yang kita tinggalkan di dunia setelah kita mati adalah seperti cermin nilai dari perilaku kita selama kita hidup di dunia.
  1. Alangkah indahnya, sebuah kematian yang mampu meninggalkan cerita-cerita baik pada keluarga kita.
  2. Alangkah bahagianya, sebuah kematian yang meninggalkan jejak hidup yang menjadi pelajaran kebaikan bagi mereka yang masih menjalani kehidupan.
  3. Alangkah gembiranya, bila kematian kita memberikan kesan dari amal-amal soleh yang bermanfaat untuk orang lain.
Oleh kerana itu, ketika ada seorang yang soleh ditanya :

"Kenapa engkau meletihkan jiwamu dalam beribadah?"

Ia menjawab :

"Aku ingin mengistirehatkan jiwaku."

Istirehat yang dimaksudkan adalah :
  1. Istirehat di dunia dengan jiwa yang tenang setelah beribadah.
  2. Istirehat di akhirat dengan memasuki kehidupan yang begitu mententeramkan dan menggembirakan.
Menurut Ibnul Jauzi, ruang waktu kehidupan di dunia ini tidak ada bezanya dengan tempat jual beli berbagai macam barangan.
  1. Ada barang yang bagus.
  2. Ada juga yang buruk.
Beliau menambah lagi bahwa :
  1. Orang yang berakal pasti akan membeli barang yang bermutu meskipun harganya mahal kerana barangan itu lebih mempunyai nilai dari barangan yang buruk meskipun harganya murah.
  2. Orang yang tahu akan kemuliaan alam semesta mesti meraih sesuatu yang paling mulia yang ada di alam semesta ini dan sesuatu yang paling mahal nilainya di dunia ini adalah, mengenal Allah swt.
Seseorang yang mengenal Allah swt bererti ia mengetahui ke-Maha Besaran-Nya.

Dalam masa yang sama ia juga mengetahui :
  1. Kekerdilan dirinya.
  2. Kelemahan dirinya.
  3. Kebergantungan dirinya.
dengan Yang Maha Berkuasa.

Pengenalan yang seperti inilah yang boleh memunculkan kekuatan dan keteguhan dalam mengharungi gelombang kehidupan.

Tidak takut, tidak lemah dan tidak bergantung kepada sesiapapun kecuali Allah dan selama mana ia berada di jalan Allah, ia tidak akan senang, gembira dan sukacita kecuali bersama Allah swt.

Lihatlah perkataan Masruq, seorang mufassir yang juga sahabat Said bin Jubair yang pernah berkata :

"Tidak ada lagi yang lebih menyenangkan diriku dari meletakkan wajahku di tanah (sujud). Aku tidak pernah bersedih kerana sesuatu melebihi kesedihanku kerana tidak dapat bersujud kepada Allah." (kitab Siyar A’lam An Nubala’ karangan Az Zahabi).
  1. Sujud adalah saat-saat seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya.
  2. Sujud merupakan tanda ketundukan dan kerendahan seorang hamba di hadapan Tuhannya.
  3. Sujud juga menandakan kepasrahan, ketaatan, kerinduan dan kecintaan seorang hamba pada Tuhannya.
Keadaan-keadaan seperti itulah yang sangat didambakan oleh Masruq hingga tidak ada lagi kesedihan baginya kecuali jika ia tidak mampu melakukan sujud di hadapan Allah swt.

Itulah gambaran keyakinan yang tertanam kuat dalam jiwa orang-orang soleh, para pejuang dakwah Islam.

Ketundukan, kedekatan dan keyakinannya kepada Allah menjadikan tekad mereka seperti besi waja dan keberanian yang tidak pernah kenal takut.
  1. Basahnya lidah mereka oleh zikir.
  2. Larutnya hati mereka dalam kecintaan kepada Allah.
  3. Tunduknya jiwa mereka pada keagungan Allah.
Semua itu memunculkan suatu keperibadian yang kuat dan teguh.
Tinggi rendahnya seseorang itu dinilai berdasarkan :
  1. Kekuatan.
  2. Kualiti.
  3. Sifat istiqamahnya.
dalam beribadah kepada Allah swt.

Ianya bukan dinilai :
  1. Dari kekayaan material / harta yang dimilikinya.
  2. Oleh ibubapanya.
  3. Dari rupa paras, ketampanan dan keindahan fizikalnya.
Ini adalah kerana, semua itu hanya fatamorgana yang hanya dapat dinikmati se saat.

Peribadi yang kuat dan teguh sentiasa muncul dari :

“Habitat kehidupan yang penuh dengan tentangan dan halangan.”

BUKAN

“Suasana kehidupan yang serba mudah, memanjakan dan melemahkan jiwa.”

Mari kita lihat bagaimana penjelasan salah seorang anak dari Syaikh Ahmad Yasin rahimahullah, tokoh pejuang Palestin abad ini yang beberapa tahun lepas telah gugur syahid oleh pesawat Israel.

"Ayah tidak mencintai dunia. Ia lebih mencintai rumah akhirat. Ramai orang yang menyarankan agar ayah mendiami rumah sebagaimana selayaknya seorang pemimpin.

Pemerintah Palestin juga pernah menawarkan sebuah rumah yang besar di perkampungan Gaza namun ayah menolak tawaran itu.

Ayahku lebih menginginkan akhirat sehingga ia tidak begitu memperhatikan perabot duniawi.

Ruangan rumahnya amat kecil yang hanya menempatkan tiga ruangan kecil. Tanpa siramik di lantai dan ruang dapur yang sudah rosak.

Bila musim sejuk tiba, keadaan rumah menjadi sangat sejuk. Sebaliknya bila musim panas datang, ruangan rumah terasa panas sekali.

Ayah tidak pernah berfikir untuk memperbaiki rumahnya. Sekali lagi, ia benar-benar sibuk mempersiapkan rumahnya di akhirat."

Itulah rahsia keteguhan Syaikh Ahmad Yasin.

RUMAH AKHIRAT

Pernahkah terlintas di dalam hati kita tentang rumah kita di akhirat?

Pernahkah kita merancang dan bermimpi untuk memiliki rumah yang indah di akhirat dan bukan di dunia?

Bagaimana kita membayangkan kesan akhir yang kita tinggalkan pada keluarga kita setelah kita berpisah dengan mereka di dunia?
  1. Apakah menjadi kebanggaan mereka apa yang kita tinggalkan atau sebaliknya?
  2. Apakah mereka juga akan berkata, kita lebih mencintai dan menginginkan rumah akhirat?
Syaikh Ahmad Yasin memberikan pelajaran besar bagi kita tentang keyakinannya kepada keputusan Allah swt.

Bahwa apa yang diputuskan oleh Allah tetap akan berlaku, walauapapun usaha yang kita lakukan.

Syaikh Ahmad Yasin juga memberi pendidikan secara langsung kepada sesiapapun, tentang batas apa yang mesti diberikan oleh seseorang yang menginginkan mati di jalan Allah swt.

Sekitar lima minit sebelum pesawat Israel ditembakkan ke arahnya yang sedang duduk di kerusi roda itu, seorang anaknya, Abdul Ghani sempat mengingatkannya untuk berhati-hati dengan mengatakan :

"Ayah, ada pesawat pembunuh di atas."

Apa jawaban Syaikh Ahmad Yasin ketika itu?

Dengan tenang ia menjawab :

"Ya, aku di sini juga sedang menanti pesawat pembunuh itu."

Sesungguhnya, tidak ada keraguan dan ketakutan sedikit pun di dalam hatinya.

Kita di sini, sedang :
  1. Menanti detik demi detik kematian yang pasti menjemput.
  2. Menunggu saat kita menarik nafas terakhir dan menghembuskannya lagi untuk yang terakhir.
  3. Melambai udara dingin yang merayap dari hujung jemari kaki hingga ke bahagian kepala.
  4. Menantikan saat mata tertutup dan tidak mampu terbuka lagi. Ketika badan terbujur dan tidak dapat bergerak lagi. Ketika kita masuk dalam keranda dan diangkat oleh anggota keluarga dan teman-teman kita.
Setelah itu semua,

Maka, manusia mula berbicara tentang diri kita dan kita sebenarnya menuju rumah kita yang kekal abadi di akhirat sana.

Ya Allah, kurniakanlah kesedaran yang hakiki ke dalam hati kami tentang rumah akhirat yang sepatutnya kami usahakan untuk mendapatkannya di dunia ini dan juga terhadap penantian yang pasti berlaku iaitu kematian yang akan menyentuh setiap yang bernyawa sehingga akhirnya habislah catatan kehidupan kami di dunia yang kemudiannya akan dinilai oleh manusia yang masih mendiami dunia ini.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
»»  selengkapnya...

Gejala Kelesuan Ruhiyah

Kelesuan ruhiyah adalah satu fenomena yang agak merbahaya yang menjadi suatu gejala yang tidak sihat berlaku kepada sebahagian aktivis dakwah di mana ianya mampu dibaca oleh mereka yang mempunyai pandangan yang tajam yang memberi perhatian terhadap :

  1. Tutur kata.
  2. Pandangan mata.
  3. Gerak langkah.
seseorang aktivis tersebut.

Di kalangan aktivis dakwah, perkara sedemikian cukup merbahaya dan berpotensi untuk melemahkan kekuatan dakwah, di samping sebagai bukti menjauhnya mereka dari manhaj yang mereka kenali.

Semua kita tahu bahwa aspek :

a. Ruhiyah.
b. Ibadah.

merupakan olahan dan garapan yang utama terhadap manhaj dakwah.

Penekanan terhadap dua aspek ini bukanlah sesuatu yang berlebihan sehingga memberi gambaran adanya usaha pembentukan arus tasawuf dalam dakwah.

Yang jelas bahwa dua aspek ini adalah perintah dari Allah yang mesti ditegakkan di samping menjadi wasilah yang akan menyokong kesepaduan dakwah.

Apabila nilai-nilai tersebut terlepas dari genggaman aktivis dakwah, maka ianya akan melemahkan semangat ruhiyahnya sehingga kemudiannya ia jatuh `sakit' dan berakhir dengan `kematian' ruhiyah tersebut, Naudzubillah.

Kejadian fenomena ruhiyah yang lesu dan rapuh ini tidak sedikit jumlahnya. Di sini akan disebutkan sebahagiannya sambil diperturunkan beberapa peristiwa di medan agar dapat menjadi peringatan bagi setiap aktivis dakwah dan seterusnya dia perlu bersegera bagi mengatasinya :

PERTAMA : MERASAKAN KERAS DAN KASARNYA HATI

Fenomena di atas mengakibatkan seseorang merasakan bahwa hatinya telah berubah menjadi batu yang keras.

Tidak ada sesuatupun yang dapat menyerap kepadanya ataupun mempengaruhinya.

Tidaklah berlebihan jika ungkapan di atas dinyatakan sebegitu, bahkan Al Qur'an telah menerangkan bahwa hati boleh mengeras hingga menjadi sekeras batu.


Allah swt berfirman :

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi." (QS Al Baqarah : 74)

KEDUA : PERANGAI YANG TERSUMBAT DAN DADA YANG SEMPIT

Fenomena ini menjadikan seseorang :

  1. Terasa ada beban berat yang menghimpit sehingga termengah-mengah keletihan.
  2. Sering mengomel dan mengeluh terhadap sesuatu yang tidak jelas.
  3. Gelisah dan sempit dalam pergaulan sehingga tidak peduli terhadap penderitaan orang lain bahkan timbul ketidaksukaan kepada mereka.
KETIGA : TIDAK TERPENGARUH OLEH AYAT-AYAT AL QUR’AN

Hatinya tidak sedikitpun terkesan dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandungi tuntutan, larangan, ancaman atau tentang peristiwa kiamat.

Dia mendengarkan Al-Qur'an seperti mendengar kalam-kalam lainnya.

Lebih merbahaya lagi apabila dia merasa sempit dada ketika mendengarkan ayat Al-Qur'an seperti sempitnya dia ketika mendengarkan perbualan orang lain.

Dia tidak menyediakan waktu sedikitpun untuk tilawah dan apabila mendengarnya dari orang lain dia tidak melakukannya dengan khusyu' dan tenang.

KEEMPAT : PERISTIWA KEMATIAN TIDAK MEMBERIKAN BEKAS KEPADA DIRINYA

Boleh dikatakan semua peristiwa yang melibatkan kematian sedikitpun tidak ada pengaruh terhadap dirinya seperti :

  1. Menyaksikan orang mati.
  2. Mengusung jenazah.
  3. Menguburkannya di liang lahad.
Jika melalui kawasan perkuburan, seakan-akan ianya hanya berpapasan dengan batu-batu bisu yang tidak sedikitpun mengingatkannya terhadap kematian.

KELIMA : KECINTAANNYA TERHADAP KESENANGAN DUNIAWI SENTIASA BERTAMBAH DAN KESUKAAN MEMENUHI SYAHWAT SENTIASA BERKOBAR-KOBAR

Fikirannya tidak lari jauh melainkan sentiasa berfikir untuk melampiaskan syahwat tersebut sehingga dia merasa tenteram bila sudah memperolehinya.

Apabila melihat orang lain memperolehi kenikmatan dunia seperti harta, kedudukan, pangkat, rumah atau pakaian yang bagus dia merasa tersiksa dan menganggap dirinya gagal.

Lebih tersiksa lagi apabila yang mendapatkan kenikmatan duniawi itu adalah saudaranya sendiri atau sahabatnya. Kadang-kadang timbul pada dirinya penyakit dengki di mana dia tidak ingin kenikmatan itu tetap ada pada saudaranya.

KEENAM : ADA KEGELAPAN DALAM RUHIYAH YANG BERBEKAS DI WAJAHNYA

Hal ini mampu diamati oleh mereka yang memiliki ketajaman firasat dan memandang dengan nur Allah.

Setiap mu'min memiliki nur sesuai dengan kadar keimanannya dan dia mampu melihat sesuatu yang tidak mampu dilihat orang lain.

Kegelapan ruhiyah tadi adalah begitu pekat sehingga begitu jelas tergambar di wajahnya dan dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniyah yang paling lemah sekalipun.

Manakala kegelapan yang samar-samar hanya dapat diamati oleh mereka yang memiliki firasat imaniyah yang kuat.

KETUJUH : BERMALAS-MALAS DALAM MELAKUKAN KEBAIKAN DAN IBADAH

Perkara tersebut terlihat jelas dengan kurangnya perhatian dan semangat.

Solat yang dilakukan hanya sekadar :

  1. Gerakan.
  2. Bacaan.
  3. Berdiri.
  4. Duduk.
yang tidak memiliki sandaran yang kuat sedikitpun. Bahkan nampak dia merasa terganggu oleh solat seakan-akan dia berada dalam penjara di mana dia ingin sekali berlepas diri darinya secepat mungkin.

KELAPAN : LUPA YANG KETERLALUAN KEPADA ALLAH

Sedikitpun dia tidak berzikir dengan lisannya dan tidak juga ingat kepada Allah swt, padahal dia sentiasa menyaksikan ciptaan Allah swt.

Bahkan kadang-kadang dia merasa keberatan untuk sekadar berzikir atau berdoa kepada Allah swt. Jika dia mengangkat tangannya, dengan cepat sekali dia turunkan kembali untuk segera pergi.

BEBERAPA CARA PENYEMBUHAN

Berikut adalah beberapa cara penyembuhan bagi menyinarkan kembali ruhiyahnya yang telah lesu atau bahkan telah mati.

PERTAMA : SENTIASA DALAM ZIKRULLAH

Yang dimaksudkan dengan zikir di sini adalah berzikir dengan lisan disertai dengan :

  1. Persetujuan hati.
  2. Tafakur akan ciptaan Allah.
  3. Mengambil petunjuk melalui makhluk-makhlukNya untuk mengetahui keagungan kekuasaanNya, kecermatan hikmahNya, keluasan rahmatNya serta keterikatan makhluk denganNya.
  4. Merasakan pengawasan Allah dan kekuasaanNya yang mutlak terhadap manusia serta pentingnya memiliki sifat malu kepadaNya.
Semua perkara tersebut tidak mungkin dicapai dengan mudah bagi orang yang lemah ruhiyahnya.

Untuk memperolehinya diperlukan :

  1. Kesabaran.
  2. Tekad yang tinggi.
  3. Tidak mudah gelisah.
  4. Usaha bertahap sedikit demi sedikit.
Setiap kali dia memperolehi sebahagian perkara di atas, maka akan menguatlah ruhiyahnya dan semakin berkurang kelesuannya hingga hilangnya tanda-tanda penyakit ruhiyah tadi.

Seterusnya dia memasuki tahap penyembuhan hingga dia benar-benar sembuh sepenuhnya. Ketika itulah dia akan merasakan nikmatnya nilai-nilai luhur tadi dan dia akan semakin melekat kuat kepadanya.

Orang yang lesu ruhiyahnya bagaikan orang yang menderita sakit yang tidak mempunyai nafsu kepada makanan yang enak.

Namun, dengan berlalunya waktu dan mencuba memasukkan makanan sedikit demi sedikit, fizikalnya akan kembali kuat dan hilanglah tanda-tanda penyakit itu. Selepas itu, dia akan kembali sihat dan dapat menikmati makanan yang enak dengan penuh kerinduan dan gembira.

KEDUA : MENGHADIRKAN POTRET AKHIRAT DAN SEGALA YANG AKAN BERLAKU KETIKA INI

Di akhirat nanti akan ada orang yang berkeinginan untuk kembali semula ke dunia bagi menghabiskan seluruh umurnya demi keselamatannya jika dibenarkan.

Hendaknya seorang aktivis dakwah merenung bahwa rumah akhirat pertama yang akan didudukinya adalah kubur.

Hendaklah dia :

  1. Membayangkannya dengan tajam.
  2. Memasang potret kubur yang gelap itu diingatannya.
  3. Mengenang tidurnya yang bersendirian di mana tidak ada penghibur kecuali amalnya.
Disebut dalam sebuah kitab bahwa dahulu ada seorang yang soleh menggali sebuah kubur di rumahnya. Setiap kali dia merasa kekerasan di hatinya, dia masuk ke dalam kubur tersebut seraya membaca firman Allah :

"Dia berkata, Ya Rabb kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang soleh terhadap yang telah kutinggalkan." (QS Al Mu'minun : 99-100)

Kemudian orang soleh itu berkata :

"Wahai jiwa, kini engkau telah kembali ke dunia, maka beramallah dengan amalan soleh."

KETIGA : HENDAKLAH SETIAP AKTIVIS DAKWAH INGAT BAHWA KEMATIAN LEBIH DEKAT KEPADANYA DARI TALI KASUTNYA

Janganlah dia tertipu oleh :

  1. Masa muda.
  2. Kekuatannya.
  3. Kesegarannya.
Kematian tidak mengenal masa muda. Kekuatan dan kesihatan tidak mampu mencegah kehadirannya.

Di antara hikmah dan rahmat Allah kepada kita bahwa Dia memperlihatkan kepada kita kematian yang merenggut nyawa seorang bayi, anak kecil, orang muda, orang tua dan juga orang sakit.

Oleh kerananya, setiap orang mesti ingat bahwa dia pasti mengalami kematian bila-bila masa sahaja agar sentiasa bertambah sikap berhati-hati dan bersiap sedia meninggalkan dunia.

Tahukah kita tentang kematian dan sakaratul maut yang menakutkan itu?

Ketika sakaratul maut tiba pada diri seseorang, syaitan menghimpun segala kekuatan, kelicikan dan fikirannya di mana dia berkata kepada dirinya :

"Jika orang ini lepas dari genggamanku, aku tidak akan mampu lagi mempengaruhinya."

Maka :

  1. Dipujuknya orang itu untuk kufur.
  2. Dihadapkan cinta kepadanya akan kemurtadan.
  3. Dihiasinya dunia di matanya sambil mengingatkan orang tersebut akan kenikmatan yang dia inginkan.
Semua ini dilakukan agar orang tersebut berpaling dari akhirat dan harapan bertemu Allah dan akhirnya orang itupun tidak ingin mengalami kematian dan matilah dia dalam kekufuran, Naudzubillah.

Diceritakan tentang seorang ‘arif yang dikunjungi oleh para sahabatnya ketika sedang menderita sakit yang membawa kepada kematiannya.

Ketika itu mereka melihat orang ‘arif tadi menangis. Maka dihiburkannya oleh mereka dengan mengingatkan bahwa seluruh perbuatannya baik dan rahmat Allah pasti tercurah untuknya.

Orang ‘arif tersebut berkata :

"Aku menangisi imanku yang aku khuatirkan dirampas ketika sakaratul maut."

Cukuplah sebagai pelajaran bagi setiap aktivis pendakwah bahwa menghadirkan kematian dan tidak melupakannnya akan membuatnya sentiasa merasa asing hidup di dunia ini.

Dia akan dapat memahami dengan baik makna ungkapan Rasulullah saw :

"Jadilah engkau di dunia, seakan seorang asing atau (bahkan) pengembara. Dan golongkan dirimu dalam kelompok penduduk kubur." (HR Bukhari, Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)

Perasaan `terasing' tersebut mampu memberi kesan yang sangat unik di antaranya :

PERTAMA :

Segala ujian serta cobaan yang dialami akan terasa ringan.

KEDUA :

Penderitaan akan terasa ringan, hati menjadi sabar, kebahagiaan yang tercela akan merenyuk dan dunia yang menipu menjadi jauh.

KETIGA :

Pandangan kita akan tertumpu ke tempat tinggal yang sebenarnya berupa rumah akhirat. Dia tidak akan merasa tenteram dengan kehidupan duniawi apalagi condong kepadanya.

Seorang asing menyedari bahwa menetapnya dia di negeri asing hanyalah sementara sedangkan hatinya sentiasa menoleh ke :

  1. Rumah yang tidak akan pernah binasa.
  2. Rumah yang dekat dengan Rabbnya di mana dia dapat melihatNya.
Apabila dia merenungi kenikmatan akhirat, maka dia pun akan terbuai dengan harapan dan cita-cita. Harapan yang benar tentunya mesti diiringi oleh usaha yang bersungguh-sungguh agar dapat sampai kepada yang dicita-citakan.

KEEMPAT :

Memelihara dengan serius segala wasilah penyucian diri dan menyokongnya dengan kekuatan dan semangat.

Sesungguhnya :

  1. Ruhiyah boleh menjadi kotor dan memerlukan penyucian.
  2. Ruhiyah akan mengalami kelesuan maka mesti sentiasa diberi semangat.
  3. Ruhiyah juga mengalami sakit yang memerlukan pengubatan.
  4. Ruhiyah juga mengalami kelemahan yang perlu diberi kekuatan.
Semuanya itu boleh dilakukan melalui ibadah yang terus menerus dan ibadah yang paling utama adalah solat.

Maka bukanlah suatu yang berlebihan apabila Rasulullah saw mewasiatkan pentingnya solat kepada umatnya ketika baginda akan menutup hayatnya.

Solat merupakan suatu ibadah yang menyenangkan dan dapat menyucikan ruh dari segala kotoran dan menghubungkan seorang hamba kepada Rabbnya.

Selain itu ada wasilah-wasilah lain seperti membaca Al Qur'an sebelum subuh atau sesudahnya, membaca wirid ma'tsuraat, berziarah ke kubur sekali dalam seminggu dan lain-lain.

Mari kita pegang erat-erat peringatan-peringatan di atas kerana ia adalah sebahagian dari manhaj Islam dan jangan kita anggap ianya hanya sekadar tulisan untuk mengisi masa kosong, menyenangkan pemikiran atau menyegarkan jiwa sesaat sahaja dan setelah itu tidak ada gunanya lagi.

Ya Allah, kurniakanlah kekuatan ruhiyah dalam diri kami supaya kami dapat menghadapi segala ujian dan cobaanMu di dunia dengan penuh kesabaran dan mengharapkan kemenangan dariMu. Berilah kekuatan tekad kepada kami sehingga kami mampu memikul perjuangan dakwah ini, melaksanakannnya, bersikap jujur kepadaMu serta membuktikan apa yang dijanjikan oleh kami.

Ameen Ya Rabbal Alameen
WAS
»»  selengkapnya...